Oleh: Heru Dahnur | November 17, 2011

Retrofiting, Bangunan Kokoh Biaya Murah

Ilustrasi Desain Bangunan

Rumah atau gedung kantor anda rusak  setelah dihantam gempa?, jangan terburu-buru untuk merubuhkannya. Perbaikan menggunakan metode retrofiting bisa jadi pilihan. Retrofiting selain berbiaya lebih murah ketimbang membangun baru, juga memiliki kekuatan berlipat ganda dibanding bangunan sebelumnya.

“Teknologi retrofiting meliputi perbaikan, restorasi dan perkuatan. Perbaikan misalnya mengembalikan bentuk arsitektur bangunan agar semua perlengkapan/peralatan dapat berfungsi kembali. Tindakan yang dilakukan seperti menambal retakan tembok, menambah jaringan tulang, menginjeksi air semen dan memperbaiki pipa air atau kabel listrik,” kata pendiri Pusat Studi Bencana Unand Teddy Boen di sela acara Workshop Retrofiting Of Buildings In Indonesia Damaged by Earthquakes di Pangeran Beach Hotel, Kamis (17/11).

Menurut Teddy Boen, teknologi retrofiting telah digunakan untuk sedikitnya 30 gedung sekolah yang rusak imbas gempa di Sumbar. Perbaikan gedung yang dibiayai lembaga non pemerintah (NG0) itu umumnya berada di wilayah Kota Padang.

“Banyak gedung pemerintah yang seharusnya tidak dirubuhkan, tapi sudah dirubuhkan. Ini menimbulkan biaya besar. Seharusnya satu anggaran sudah bisa mengembalikan kondisi dua gedung,” terang Teddy Boen yang kini tercatat sebagai Senior Advisor of World Seismic Safety Initiative.

Beberapa metode pembangunan dinding aman gempa juga dikenalkan. Di antaranya dengan menggunakan angkur. Caranya dengan memasang angkur setiap 6 lapis bata dan masing-masing angkur dikaitkan pada kolom. Tulang angkur disarankan memiliki diameter 10 milimeter dengan panjang di atas 40 sentimeter. Selanjutnya ada perkuatan dinding dengan kawat anyam. Sebelum diplester, dinding terlebih dahulu dipasangi kawat anyam. Satu lagi adalag perkuatan dinding menggunakan kanvas. Teknologi ini ditemukan ahli dari Nanyang Technological University (NTU) Singapura. Kemudian melalui pendanaan Temasek Foundation teknologi ini dikembangkan bersama Fakultas Teknik Unand untuk diujicobakan pada bangunan Puskesmas Lasi Kecamatan Candung Agam.

Terkendala

Dosen Teknik Sipil Unand Dr Febrin Anas Ismail menyebutkan, penerapan teknologi retrofiting terkendala berbagai persoalan. Di antaranya, sulitnya mengukur volume kerusakan, rekanan yang terbatas dan belum didukung regulasi pemerintah. Perbaikan bangunan yang rusak kata Febrin, memang butuh kejelian tersendiri. Dalam hal ini sering kontraktor tidak memahami sepenuhnya desain yang telah dirampungkan konsultan.

“Berdasar pengalaman kami, kesalahan sering terjadi pada kontraktor. Mereka tidak menjalankan secara maksimal garisan yang telah dibuat konsultan,” ujar Febrin yang juga Pembantu Rektor I Unand.

Saat ini kata Febrin, teknologi retrofiting sedang diterapkan untuk memperkuat bangunan Hotel Bumiminang. Diperkirakan akhir Desember nanti, struktur bangunan rampung pengerjaannya. Warkshop kemarin turut dihadiri Dr Krishna S Pribadi dari Institut Teknologi Bandung dan Prof Iman Satyarno dari Universitas Gadjah Mada. (eru)


Tinggalkan komentar

Kategori